Jumat, 05 Juni 2015

Paraduan desa agriwisata

Saat kita berbicara agriwisata, saya akan bercerita tentang salah satu desa yang kecil dan bisa dikatakan tertinggal akan teknologi dan informasi di karena desa ini sulit di jangkau oleh pengunjung khusus nya mereka yang jalan-jalan ke pulau samosir.

desa ini bernama desa paraduan, kecamatan longgur nihuta kabupaten samosir prov. sumatera utara. desa ini hanya berpenduduk kurang dari 200 KK yang berdomisili dalam kampung yang jarak rumah nya berjauhan. desa paraduan terletak sekitar 900-1000 diatas permukaan laut tepat nya paraduan ini berada di daerah perbukitan pulau samosir. penduduk desa paraduan pada umumnya bekerja sebagaia petani sawah dan tanaman kopi,

karena tanaman yang cocok untuk di tanam di daerah dataran tinggi itu salah satu nya bersawah dan kebun kopi. ada yang unik di desa paraduan ini yaitu nama tanaman kopi pada umumnya itu ada kopi robuska atau arabika (ateng) akan tetapi disini di ganti jadi kopi (bayar hutang) itu dikarenakan kopi ini dijual untuk langsung bayar hutang. saya dan kawan-kawan mahasiswa ikatan senat mahasiswa pertanian indonesia dalam kegiatan pelatihan advokasi & jurnalistik pertanian nasional melakukan kunjungan bina desa oleh mahasiswa fakultas pertanian universitas sumatera utara ke sana selama 2 hari, disana kami mahasiswa coba untuk mengadvokasi permasalahan yang ada di desa paraduan itu. hari pertama tepatnya pagi hari kami melakukan kegiatan realisasi maksud dan tujuan kami datang ke paraduan kepada lembaga dan penduduk setempat, setelah itu kami di bagi menjadi 3 kelompok. kelompok pertama melanjutkan diskusi dengan penduduk yang hadir saat itu tentang kegiatan kami datang kesitu, kelompok 2 melakukan ansos (analisis sosial) ke rumah-rumah penduduk dan kelompok 3 ansos ke ke lapangan atau lahan/kebun warga desa parduan. saya tepat pada kelompok 3 yang langsung turun menanyakan ke warga yang ada di lahan/kebun, setelah saya dan kawan2 turun untuk ansos lalu kami jumpa dengan satu keluarga yang sedang menyiapkan lahan untuk di tanami tanaman cabe.

sebut saja nama bapak itu pak manurung, dia suku batak asli samosir bersama istri dan satu orang anaknya lagi duduk di bawah pohon istirahat sejenak karna kedatangan tamu mahasiswa ISMPI. luas lahan yang akan di tanami cabe pak manurung sekitar 15x15m atau 5 bedengan panjang 15m dan 4 panjang 7m yang di tutupi mulsa. 

setelah kami berbincang tentang pertanian lalu " apa aja sih pak, yang bapak alami permasalahan yang terjadi dalam pertanian disini?" ujar saya tanya pada pak manurung. ada beberapa permasalah yang terjadi disini pertama tentang benih yang tidak bersertifikasi, permasalahan ini ditemui ketika pak manurung beli benih ke pasar untuk di tanam di lahan, akan tetapi benih cabe yang di tanam tidak sesuai hasil yang diinginkan untuk dijual di pasar karna benih cabe ini berbeda dengan cabe biasanya yang di inginkan oleh pasar atau pembeli. dan hal ini berdampak pada kerugian baik dari segi ekonomi atau waktu yang di gunakan untuk merawat tanaman cabe tersebut, dan pada akhirnya pak manurung saat itu harus rela banting harga dengan sangat murah pada agen yang bantu menjual nya.

disini dapat kita ambil simpulan bahwa pemerintah yang terkait yang tidak menyediakan benih yang baik atau bersertifikasi pada petani, lalu tidak ada penyuluh2 yang di turunkan oleh lembaga pemerintah baik itu desa atau kecamatan untuk mendampingi petani untuk di beri pengetahuan dalam hal ini pemilihan benih yang bagus.




pada siang harinya, saya dan teman2 ISMPI juga penduduk desa paraduan melakuan diskusi panel dengan pemerintah dalam hal ini dihadiri oleh kementrian pertanian atau mewakili, pemerintah kecamatan, dinas kehutanan, UPTD dan stekholder yang diundang. disini kami ISMPI mendiskusikan dengan pemerintah terkait permasalahan yang ada di desa paraduan ini setelah kami lakukan ansos dengan warga pada hari sebelumnya, kami tentunya mahasiswa menjelaskan gambaran permasalahan disini dan memeberikan solusi kepada pemerintah yang hadir untuk dapat di selesaiakan. semua permasalahan2 itu sudah kami sampaikan.

hari kedua, kami ISMPI melakukan diskusi lanjutan ke pemerintahan kabupaten, dalam hal ini di hadiri oleh bupati kab. samosir di mess pemkab samosir. kedatanagan kami mahasiswa pertanian khususnya di sambut baik oleh bupati samosir, terbukti dengan harapan beliau ketika kami sampaikan solusi2 tentang permasalahan yang terjadi di desa paraduan yaitu dapat memabantu pembangunan khususnya dalam bidang pertanian di kab. samosir. dan dengan misi bupati samosir menjadikan desa paraduan jadi agriwisata (wisata pertanian) yang maju. 



kami mahasiswa ISMPI tentunya sangat bangga, semoga bantuan atau solusi yang ditawarkan dapat menjadikan pertanian indonesia menjadi lebih baik dan dapat bersaing dalam menghadapi MEA tahun 2015 ini. jaya terus pertanian indonesia, ISMPI . . jaya!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar